“Sesak Tak Bergerak”
Keresahan itu muncul mencuat
Dari seluruh pikiran buas
Eksistensi tentang rasa yang kuat
Realita, harapan pun tak meluas
Padahal kau sadar bahwa
Harapan tak pernah sesuai
Dengan seluruh impian, “kecewa”
Terlalu tinggi hingga terbuai
Katanya, “Aku terlena, Ia merusak”
“Bukan karena Dia, tapi Aku.”
Lambat laun aku sesak
Retak, pecah, padahal membeku
Ini rumit, sulit, sebuah konflik
Statis, tak bergerak, tak maju
Salah satu fase paling pelik
Hanya tak ingin kehilangan sosok itu
Berderak, menepi, mencari
“Ku tahu Ia menjual pasti”
“Dengan keindahan yang Ia punya”
Tapi karena aku, perlahan ia mati
Terlalu banyak cita dan mimpi
Ternyata aku mencintainya dengan pasti
Tapi apa yang bisa ku beri?
Hanya kekacauan yang hakiki
Perusak sudah terlalu banyak
Apakah manusia ditakdirkan begitu?
Kembali lagi aku merasa sesak
Tak ada ujung, tetap jua tak bergerak